Muhammad
Ismail Lutfi* Mahasiswa miliki peran sangat penting dalam melengkapi elemen di
sebuah negara. Tanpa mahasiswa, mungkin ...
Muhammad Ismail Lutfi*
Mahasiswa miliki peran sangat penting dalam melengkapi
elemen di sebuah negara. Tanpa mahasiswa, mungkin sebuah negara kehilangan
pemuda yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Negara bisa jadi
gulung tilar jika mahasiswa pada khususnya atau pemuda pada umumnya tidak
memiliki peran atau eksistensi.
Salah satu tugas seorang mahasiswa adalah sebagai kontrol
sosial. Ini bisa diplementasikan jika mahasiswa bisa lebih pro aktif dalam
menjiwai kewajiban sebagai mahasiswa. Tidak cukup hanya dengan mendengarkan
dosen di kelas atau hanya membaca buku di perpustakaan. Lebih dari itu
mahasiswa harus ikut serta dalam aktifitas-aktifitas di luar kampus. Karena
hakikatnya, ilmu yang dipelajari di kampus baru dalam tahap penyadaran
individu, belum sampai pada implementasi individu dan kelompok (amal).
Melihat pentingnya implementasi di lapangan, mahasiswa
harus memiliki motivasi yang kuat untuk ikut serta dalam barisan mahasiswa yang
ideal. Mahasiswa bisa ikut masuk ke sebuah wadah organisasi seperti KAMMI, HMI,
IMM, dan PMII. Keempat organisasi Islam tingkat mahasiswa tersebut memilki
semangat yang sama dalam mengajak mahasiswa untuk menjadi kontrol sosial.
Kegiatan- kegiatanya pun tidak haya tentang keilmuan saja, melainkan kegiatan
sosial, spiritual, dan kenegaraan. Karena keilmuan menjadi sebuah kewajiban
bagi seorang pemuda yang mendapat gelar MAHASISWA.
Meski dalam semangat yang sama, mahasiswa ekstra memiliki
sisi lain yang membuat organisasi satu dengan lain memiliki konflik yang
serius. Sehingga mengalibatkan tidak bisa saling gotong royong untuk
bersama-sama membawa mahasiswa mengimplementasikan tugasnya. Terkadang sibuk
mencaci sana sini, menghasut sana sini untuk bisa mendapatkan "peran
lebih" dibandingkan organisasi yang lain.
Penyebabnya kompleks, mulai dari niat awal dari beberapa
mahasiswa yang hanya ingin mencari eksistensi dan meningkatkan pamor individu
sehingga rela mengajak temannya untuk ikut ke jalannya. Memang jika dilihat
sekilas menjadi hajat umum dalam sebuah organisasi atau bagi semua mahasiswa,
tapi sebenarnya hanya menjadi tujuan pribadi yang sesungguhnya
menghilangkan tujuan organisasi. Selain itu karena organisasi yang sudah
menjadi cikal bakal Ormas (Organosasi Masyarakat) yang lebih besar. Sehingga
eksistensi sangat dibutuhkan agar anggota yang mengikuti organisasi tersebut
tambah yakin bahwa organisai kami "Paling Benar".
Anggapan oraganisasi sebagai paling benar juga menjadikan
sebab adanya pelbagai konflik antar organisasi. Karena ia menganggap
organisasinya yang paling benar, menjadikan organisasi selain yang ia ikuti
salah, dan fenomena ini bisa kita temukan di hampir semua UIN di Indonesia. jika
sudah demikian, organisasi tidak bisa bekerja sama dan membuat agenda bersama
karena sudah dicekoki pola pikir yang tidak benar. Karena akibatnya organisasi
yang menganggap diri benar tidak mau membuka pintu bagi organisasi lain, dan
organisasi lain yang dianggap salah selalu dihalang-halangi dalam hal apapun.
Sifat jahiliyyah yang masih ada disetiap individu mahasiswa
dan di bawa ke organisasi juga menjadikan sebab tersendiri bagi organisasi yang
tidak ada kemajuan. Semua orang tahu bahwa jahiliyyah bukan bodoh secara
keilmuan, tapi lebih kepada adab dan rusaknya moral. Ada sebuah kejadian unik
di salah satu UIN di Jawa Tengah, saat salah satu organisasi membuat agenda di
sebuah masjid dan organisasi tersebut tidak ada unsur yang dilarang oleh agama
dan adat istiadat terpaksa dibubarkan oleh oknum anggota organisasi ekstra
lain. Padahal agenda semacam itu dirasa tidak ada unsur politis atau hal-hal
yang memberikan madhorot lainnya. Tapi mengapa harus memaksa untuk dibubarkan?
inilah yang menjadi PR semua mahasiswa untuk saling mengingatkan temannya jika
memiliki sifat jahiliyyah.
Selanjutnya ada juga problem mahasiswa yang bukan berjuang
di organisasi, malah mencari penghidupan di organisasi. Mereka memiliki mental
miskin, tidak ingin memberi melainkan ingin selalu diberi. Ada dari sebagian
mahasiswa yang memiliki sifat demikian, sehingga mereka aktif jika ada maunya,
jika tidak ada yang menguntungkan maka ia akan menggunakan kapal besar yang
dinaikinya (organisasi) sebagai bahan dagangan kepada pejabat yang dholim.
Karena pejabat yang dholim juga membutuhkan organisasi-organisasi mahasiswa
untuk menutupi kedholimannya.
Terakhir, adalah senior yang terlalu ikut
campur. Senior memang sebagai prestasi bagi organisasi karena menjadi bukti
berhasil tidaknya sebuah organisasi dalam menempa dan mendidik kadernya. Tapi
disisi lain senior juga harus mengetahui batasan-batasan dimana ia harus maju dan
mundur, kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Ini sangat penting karena
realita di lapangan senior terlalu mendekte adik-adiknya yang masih dalam
proses belajar dan kritis. Senior cukup sebagai orang tua yang menegur jika
salah, dan diam jika benar. Dengan demikian mahasiswa di
Universitas-universitas Islam khusuanya bisa mampu berperan dengan maksimal.
Karena dipundaknya terdapat misi KeIslaman dan KeIndonesiaan yang harus
dituntaskan. Allahumma Shali Al Muhammad
*Penulis adalah Ketua
Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) Komisariat Dakwah
2016 dan CEO Cahaya Laundry Semarang
Sumber: hmiwalisongo.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar