Rabu, 27 November 2019

Masalah Organisasi Ekstra di Universitas Islam Negeri (UIN)


Muhammad Ismail Lutfi* Mahasiswa miliki peran sangat penting dalam melengkapi elemen di sebuah negara. Tanpa mahasiswa, mungkin ...
Muhammad Ismail Lutfi*


Mahasiswa miliki peran sangat penting dalam melengkapi elemen di sebuah negara. Tanpa mahasiswa, mungkin sebuah negara kehilangan pemuda yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Negara bisa jadi gulung tilar jika mahasiswa pada khususnya atau pemuda pada umumnya tidak memiliki peran atau eksistensi.
Salah satu tugas seorang mahasiswa adalah sebagai kontrol sosial. Ini bisa diplementasikan jika mahasiswa bisa lebih pro aktif dalam menjiwai kewajiban sebagai mahasiswa. Tidak cukup hanya dengan mendengarkan dosen di kelas atau hanya membaca buku di perpustakaan. Lebih dari itu mahasiswa harus ikut serta dalam aktifitas-aktifitas di luar kampus. Karena hakikatnya, ilmu yang dipelajari di kampus baru dalam tahap penyadaran individu, belum sampai pada implementasi individu dan kelompok (amal).
Melihat pentingnya implementasi di lapangan, mahasiswa harus memiliki motivasi yang kuat untuk ikut serta dalam barisan mahasiswa yang ideal. Mahasiswa bisa ikut masuk ke sebuah wadah organisasi seperti KAMMI, HMI, IMM, dan PMII. Keempat organisasi Islam tingkat mahasiswa tersebut memilki semangat yang sama dalam mengajak mahasiswa untuk menjadi kontrol sosial. Kegiatan- kegiatanya pun tidak haya tentang keilmuan saja, melainkan kegiatan sosial, spiritual, dan kenegaraan. Karena keilmuan menjadi sebuah kewajiban bagi seorang pemuda yang mendapat gelar MAHASISWA.
Meski dalam semangat yang sama, mahasiswa ekstra memiliki sisi lain yang membuat organisasi satu dengan lain memiliki konflik yang serius. Sehingga mengalibatkan tidak bisa saling gotong royong untuk bersama-sama membawa mahasiswa mengimplementasikan tugasnya. Terkadang sibuk mencaci sana sini, menghasut sana sini untuk bisa mendapatkan "peran lebih" dibandingkan organisasi yang lain.
Penyebabnya kompleks, mulai dari niat awal dari beberapa mahasiswa yang hanya ingin mencari eksistensi dan meningkatkan pamor individu sehingga rela mengajak temannya untuk ikut ke jalannya. Memang jika dilihat sekilas menjadi hajat umum dalam sebuah organisasi atau bagi semua mahasiswa, tapi sebenarnya hanya menjadi  tujuan pribadi yang sesungguhnya menghilangkan tujuan organisasi. Selain itu karena organisasi yang sudah menjadi cikal bakal Ormas (Organosasi Masyarakat) yang lebih besar. Sehingga eksistensi sangat dibutuhkan agar anggota yang mengikuti organisasi tersebut tambah yakin bahwa organisai kami "Paling Benar".
Anggapan oraganisasi sebagai paling benar juga menjadikan sebab adanya pelbagai konflik antar organisasi. Karena ia menganggap organisasinya yang paling benar, menjadikan organisasi selain yang ia ikuti salah, dan fenomena ini bisa kita temukan di hampir semua UIN di Indonesia.  jika sudah demikian, organisasi tidak bisa bekerja sama dan membuat agenda bersama karena sudah dicekoki pola pikir yang tidak benar. Karena akibatnya organisasi yang menganggap diri benar tidak mau membuka pintu bagi organisasi lain, dan organisasi lain yang dianggap salah selalu dihalang-halangi dalam hal apapun.
Sifat jahiliyyah yang masih ada disetiap individu mahasiswa dan di bawa ke organisasi juga menjadikan sebab tersendiri bagi organisasi yang tidak ada kemajuan. Semua orang tahu bahwa jahiliyyah bukan bodoh secara keilmuan, tapi lebih kepada adab dan rusaknya moral. Ada sebuah kejadian unik di salah satu UIN di Jawa Tengah, saat salah satu organisasi membuat agenda di sebuah masjid dan organisasi tersebut tidak ada unsur yang dilarang oleh agama dan adat istiadat terpaksa dibubarkan oleh oknum anggota organisasi ekstra lain. Padahal agenda semacam itu dirasa tidak ada unsur politis atau hal-hal yang memberikan madhorot lainnya. Tapi mengapa harus memaksa untuk dibubarkan? inilah yang menjadi PR semua mahasiswa untuk saling mengingatkan temannya jika memiliki sifat jahiliyyah.
Selanjutnya ada juga problem mahasiswa yang bukan berjuang di organisasi, malah mencari penghidupan di organisasi. Mereka memiliki mental miskin, tidak ingin memberi melainkan ingin selalu diberi. Ada dari sebagian mahasiswa yang memiliki sifat demikian, sehingga mereka aktif jika ada maunya, jika tidak ada yang menguntungkan maka ia akan menggunakan kapal besar yang dinaikinya (organisasi) sebagai bahan dagangan kepada pejabat yang dholim. Karena pejabat yang dholim juga membutuhkan organisasi-organisasi mahasiswa untuk menutupi kedholimannya.
Terakhir,  adalah senior yang terlalu ikut campur. Senior memang sebagai prestasi bagi organisasi karena menjadi bukti berhasil tidaknya sebuah organisasi dalam menempa dan mendidik kadernya. Tapi disisi lain senior juga harus mengetahui batasan-batasan dimana ia harus maju dan mundur, kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Ini sangat penting karena realita di lapangan senior terlalu mendekte adik-adiknya yang masih dalam proses belajar dan kritis. Senior cukup sebagai orang tua yang menegur jika salah, dan diam jika benar. Dengan demikian mahasiswa di Universitas-universitas Islam khusuanya bisa mampu berperan dengan maksimal. Karena dipundaknya terdapat misi KeIslaman dan KeIndonesiaan yang harus dituntaskan. Allahumma Shali Al Muhammad

*Penulis adalah Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) Komisariat Dakwah 2016 dan CEO Cahaya Laundry Semarang

Sumber: hmiwalisongo.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar